5 Teknologi untuk Penyelamatan Kapal Selam yang Tenggelam

Kapsul penyelamatan kapal selam

PrimaBerita – Salah satu kapal selam milik TNI Angkatan Laut (AL) KRI Nanggala 402 telah tenggelam. Ada berbagai teknologi yang biasa Negara-negara gunakan untuk penyelamatan kru dari kapal selam seluruh dunia yang tenggelam.

Sejak tahun 1939, sebagian besar angkatan laut dunia percaya bahwa penyelamatan memiliki sedikit peluang untuk menyelamatkan kapal selam yang tenggelam.

Meski begitu, pada bulan Mei 1939 Angkatan Laut Amerika Serikat mengevakuasi 33 orang dengan selamat dari kapal selam USS Squalus yang tenggelam yang membuat perubahan paradigma.

Berikut 5 Teknologi untuk Penyelamatan Kapal Selam yang Tenggelam

Kapsul penyelamatan kapal selam

Pada kedalaman kurang dari 250 meter tangki penyelamatan kapal selam (SRC) dapat melakukan penyelamatan dengan cara mengangkut kru kapal yang ada dalam kapal selam tersebut.

Tangki selam tersebut bekerja dengan cara menempelkan pintu tangki dengan kapal selam. Beberapa teknologi ini untuk mencegah air masuk ke ruang tangki penyelamat.

Setelah memiliki tekanan udara sama, maka pintu akan terbuka dan kru kapal dapat berpindah satu per satu ke dalam tangki tersebut. Namun ruang tersebut terbilang kecil, dan tidak banyak menampung kru yang hendak mereka evakuasi.

Mengutip Naval Under Sea Museum, Angkatan Laut AS telah menggunakan cara itu untuk menyelamatkan 33 orang yang berada dalam kapal selam USS Squalus pada tahun 1939.

Saat ini SRC tetap menjadi pilihan untuk mengevakuasi kapal selam yang tenggelam, karena desainnya yang sederhana, membuatnya efektif.

Kapal kapsul penyelamat DSRV

Dengan tenggelamnya kapal USS Thresher tahun 1963 milik angkatan laut AS, pihaknya menyadari bahwa kapal selam beroperasi lebih dari jangkauan peralatan penyelamat. Maka, AS merancang kapal selam penyelamat (DSRV).

Menggunakan DSRV dapat dengan cepat melalui laut, udara, atau darat untuk menyelamatkan kapal selam pada berbagai lokasi. Meluncurnya DSRV ini pada awal 1970-an, dan berfungsi sebagai sistem penyelamatan kapal selam Angkatan Laut hingga 2008.

Ada dua nakhoda dari bagian depan untuk mengoperasikan DSRV ini, sedangkan bidang tengah dan belakang untuk menampung hingga 12 orang kru penyelamat.

Kapal induk akan membawa DSRV ke lokasi yang dugaan menjadi titik tenggelamnya kapal. DSRV menyelam dan mencari keberadaan kapal selam yang tenggelam.

DSRV menempelkan badan ke kapal selam yang tenggelam, dan orang yang berada dalam kapal selam itu dapat terevakuasi dengan berpindah ke DSRV.

Pada tahun 2008, Angkatan Laut mengadopsi sistem penyelamatan yang telah diperbarui, yakni Submarine Rescue Diving and Recompression System (SRDRS). Kapal ini melakukan operasi penyelamatan dalam tiga bagian;

  • Pemindaian; Memeriksa kondisi kapal selam yang tenggelam dengan menggunakan pakaian selam atmosferik yang kru penyelamat lakukan.
  • Rescue; Meningkatkan misi penyelamatan korban menggunakan modul penyelamatan bernama Falcon.
  • Dekompresi; Memindahkan kru dari Falcon ke ruang dekompresi untuk menghindari perubahan tekanan yang tidak terkendali. SRDRS lebih mudah dan lebih cepat untuk digunakan daripada pendahulunya, DSRV.

Penyelamatan menggunakan DSAR 6

Angkatan Laut Singapura mengoperasikan kapal penyelamat submersible Deep Search and Rescue Six (DSAR 6) ini. Meluncur dari kapal induk MV Swift Rescue yang mampu menyelam hingga ratusan meter.

DSAR 6 berbentuk seperti kapsul yang mampu menyelam hingga ratusan meter dan terhubung dengan kapal selam yang rusak atau tenggelam.

Kapal kapsul itu kemudian menempelkan badanya ke kapal selam yang tenggelam untuk menyelamatkan penumpang dan kru, lalu membawa mereka kembali ke kapal induk MV Swift Rescue. DSAR 6 sendiri bisa dua angota awak yang mengoperasikannya dan dapat menampung maksimal 17 anggota.

Teknologi ROV

Terdapat teknologi untuk membantu evakuasi seperti sistem Remotely Operated Vehicle (ROV) yang bisa membantu kru untuk menemukan dan melihat lokasi pasti dari kapal selam yang karam.

Yang mengoperasikan teknologi ini adalah kapal induk atau kapal yang berhubungan dengan ROV sehingga tidak ada nahkoda yang mengoperasikannya.

Dalam kapal induk, video berkualitas tinggi dan informasi telemetri lainnya dapat diterima dan digunakan untuk mendukung penyelamatan.

Mengutip Think Defence, ROV memiliki kemampuan untuk menyimpan perlengkapan darurat dengan berat hingga 25 kilogram, seperti makanan, air, lilin, oksigen atau scrubber CO2.

Perkembangan terbaru dari ROV yakni adanya sampler atmosfer jarak jauh dan peralatan komunikasi bawah air dan telepon darurat bawah air.

Add a Comment