Beberapa Sektor Beralih Ke Teknologi Demi Efisiensi Biaya Produksi

Beberapa Sektor Beralih Ke Teknologi

PrimaBerita – Untuk menekan biaya produksi, beberapa sektor industri telah beralih ke pemanfaatan teknologi untuk menjalankan bisnisnya. Menurut ketua umum Asosiasi IoT Indonesia, Teguh Prasetya mengatakan ditengah pandemi seperti sekarang ini, industri sudah seharusnya segera beralih ke teknologi.

Oleh karena itu dikatakan dia bahwa sudah ada sejumlah industri yang sudah mengadopsi pemanfaatan teknologi dalam rangka upaya efisiensi biaya produksi dalam mengoperasikan bisnisnya. Industri-industri tersebut antara lain:

Sektor Manufaktur

Sektor manufaktur adalah satu dari sejumlah sektor yang beralih ke pemanfaatan teknologi. Dan sektor manufaktur ini disebutkan sudah mulai dilakukan.

“Itu sudah mulai dilakukan, yang paling lead itu di manufaktur melakukan dan utamanya mereka melakukan ini untuk optimalisasi operasional. Kedua, untuk meningkatkan produktivitas dan ketiga meningkatkan product development hingga sales,” pungkasnya dalam webinar, kamis (25/06/2020).

Lihat Juga: Warga Kurang Menjaga Jarak Saat Pembagian Nasi Bungkus di Rumah Dinas Gubernur

Sektor Ritel

Sektor ritel disebut juga terdampak sangat parah akibat wabah pandemi covid-19. Sebabnya dikarenakan adanya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar sehingga aktivitas jual beli menjadi terhambat. Bahkan dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia juga menuturkan bahwa telah terjadi penurunan omzet sampai 90%.

“Kedua industri ritel. Mereka juga sudah melakukan hal ini. Kalau ditanya mereka mengoptimalisasi operasional mereka dan produktivitas dan meningkatkan produk maupun skill,” katanya.

Sektor Pertambangan, Agrikultur dan Telekomunikasi

Sektor pertambangan, agrikultur, hingga telekomunikasi juga disebutkan bahwa akan ada potensial efisiensi biaya. Dimana efisiensi biaya tersebut sebesar USD 120 miliar hingga tahun 2025 mendatang.

“Lalu sektor mining, agriculture, lalu telekomunikasi dan media. Akan ada peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan total potensi itu sekitar USD 120 miliar atau Rp 1700 triliun,” ucap dia.

Add a Comment