40 Tahun Menangani Virus, Penemu Virus Ebola Terpapar Virus Corona

Setelah 40 Tahun Menangani Virus, Penemu Virus Ebola Terpapar Virus Corona

PrimaBerita – Peter Piot yang turut membantu sebagai penemu virus ebola pada tahun 1976 ternyata kini sedang terpapar virus corona (covid-19). Diketahui ilmuwan asal Belgia ini telah 40 tahun mengabdikan dirinya dalam menangani penyakit menular dan virus penyakit.

Ia juga memimpin program bersama dengan PBB dalam menangani HIV/Aids antara tahun 1995 dan 2008 lalu. Tetapi kini dirinya tengah menjadi penasihat virus corona bagi presiden Komisi Eropa, Ursula Von Der Leyen.

Baca Juga: Terbaru, Twitter Bakal Menandai Kicauan Menyesatkan Soal Covid-19

Ketika didiagnosis terpapar virus corona, profesor yang juga merupakan direktur London School of Hygiene and Tropical Medicine ini mengaku sebelumnya tak pernah sakit parah. Ia mengatakan bahwa melawan covid-19 adalah sebuah pengalaman dalam perjuangannya melawan kematian.

“Setelah 40 tahun mempelajari dan memimpin langkah menangani penyakit menular termasuk HIV dan AIDS, akhirnya saya terkena virus,” ucap Peter Piot dalam sebuah wawancaranya yang telah diterbitkan dalam majalah Science.

Akan tetapi saat ini sang profesor penemu virus ebola yang terpapar virus corona sedang menjalani proses pemulihan. Ia sempat dirawat di rumah sakit karena mengalami pneumonia parah.

Maka berbekal pengalaman profesionalnya dalam menangani macam penyakit menular telah memberinya masukan tersendiri terkait dampak virus.

Dalam wawancara pertama profesor Peter Piot sejak terinfeksi virus, Piot mengungkapkan gejala covid-19 mulai dirasakan pada 19 maret lalu. Gejala tersebut meliputi kenaikan suhu badan serta rasa sakit dikepala yang teramat berat.

Selain itu ada lagi gejala lain yang ia rasakan terkait covid-19.

“Tulang tengkorak kepala dan rambut sangat sakit, dan aneh sekali rasanya,” tutur Piot setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Kendati demikian, ada lagi yang Piot sampaikan yakni virus yang menyerangnya kini tengah balas dendam.

“Saya mengabdikan hidup saya untuk memerangi virus dan akhirnya mereka balas dendam. Selama satu minggu saya berada antara surga dan dunia, di ujung kehidupan,” katanya.

Add a Comment