Ternyata Tuak Bisa Jadi Hand Sanitizer & Menghalau Covid-19

tuak bisa jadi hand sanitizer

PrimaBerita – Minuman yang sering diteguk oleh orang batak yang bernama tuak (nira) ternyata bisa jadi hand sanitizer untuk melindungi tangan dari virus berbahaya seperti covid-19. Air tuak dihasilkan oleh pohon bagot dan biasanya ini banyak tumbuh di daerah atau tanah batak di samosir. Khususnya pada kawasan danau toba.

Salah seorang peneliti pohon aren, Jainal Pangaribuan, yang merupakan President of GEOFORCE (Green Ecosystem Organization For Clean Environment), mengatakan tuak bisa diminum dan jadi cairan pembersih tangan (hand sanitizer).

“Tuak bisa dijadikan sebagai cairan membersihkan tangan sebagai hand sanitizer. Juga bisa diminum secukupnya, untuk membersihkan mikroba berupa bakteri dan virus yang masuk ke dalam mulut dan tenggorokan, seperti membersihkan virus corona yang sedang terjadi di seluruh dunia,” pungkas alumni kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) tersebut (20/3/2020).

lainnya: Ayo Tikung Penimbun Dengan Membuat Hand Sanitizer Sendiri

Ia tegaskan bahwa tuak/nira dapat dijadikan alternatif dalam menangkal virus corona/covid-19. Sangat dianjurkan untuk tidak meminum secara berlebihan karena akibatnya menimbulkan efek mabuk.

Beliau juga menambahkan pelepah daun yang dihasilkan dari pohon aren sangatlah efektif menangkal persebaran virus berbahaya. Khususnya virus corona yang tengah menimbulkan banyak kasus diberbagai negara. Sampai usia virus tersebut mati, pelepah dan ijuk pohon aren menjadi sebuah media yang menangkap virus diudara. Jadi ada baiknya bagi kita untuk melestarikan pohon aren.

Kemudian Jainal menjelaskan bahwa menanam pohon aren/bagot tidaklah rumit. Tak mesti di tanah yang gembur dan mulus, di tanah berbatu pun pohon aren bisa tumbuh. Asal dirawat dengan serius. Dalam jangka panjang, pohon ini nantinya akan menyelamatkan dunia dari bencana alam dan penyakit yang disebabkan oleh iklim.

lainnya: Selain Vitamin C Ada Cara Lain Untuk Jaga Kekebalan Tubuh

Seraya mengutarakan  manfaat dari tuak yang dihasilkan dari pohon bagot tersebut. Dalam kegiatannya sehari-hari, Jainal Pangaribuan dan rekan telah berpuluh tahun mengembangkan ekosistem pohon bagot di salah satu pulau di Indonesia yaitu Sulawesi Utara.

Add a Comment