Apakah Kamu Sering Cegukan? Ternyata Ini Penyebabnya

Primaberita.com – Cegukan atau singultus adalah keluarnya suara khas seperti ‘hik’ akibat menutupnya pita suara secara tiba-tiba yang dipicu oleh konstraksi pada diafragma dan kemungkinan terganggunya kesehatan seseorang. Diafragma adalah membran otot pemisah rongga dada dan perut yang memiliki peran penting di dalam sistem pernapasan. Cegukan bisa dialami oleh segala kalangan usia, termasuk bayi. Durasi waktu ketika seseorang mengalami cegukan sangat bervariasi, namun kebanyakan hanya beberapa menit.

Cegukan merupakan kondisi saat otot diafragma yang memisahkan bagian rongga dada dan perut, mengalami kontraksi dalam waktu singkat. Ini membuat pita suara menutup secara otomatis sehingga mengeluarkan bunyi cegukan yang sulit dihentikan sehingga memicu terjadinya cegukan, di antaranya:

1. Makan Terburu-buru

Makan yang terburu-buru dapat membuat udara masuk ke saluran pencernaan yang membuat kontraksi pada rongga perut dan dada sehingga akhirnya menyebabkan cegukan. .

2. Asap Pekat

Asap merupakan limbah pembakaran atau polusi udara jika dihirup juga dapat menyebabkan cegukan. Asap tersebut masuk melalui saluran pernapasan, baik dari hidung atau pun mulut. .

3. Perasaan Emosi

Perasaan yang terlalu menggebu-gebu seperti rasa senang atau terlalu sedih dapat membuat cegukan. Dorongan emosi yang terlalu kuat membuat bagian otot yang memisahkan perut dan dada mengalami kontraksi. .

4. Makanan Yang Terlalu Pedas

Makan yang terlalu pedan seperti Cabai mengandung gas yang dapat menyumbat tenggorokan sehingga menyebabkan cegukan. Ini dapat terjadi ketika kita makan makanan yang terlalu pedas.

Selain hal-hal di atas, cegukan juga bisa dipicu oleh keadaan emosi kita, misalnya perasaan gembira, perasaan sedih, atau stres. Temui dokter jika Anda sering sekali mengalami cegukan atau cegukan yang dialami berlangsung lebih dari dua hari.

Kondisi ini bisa saja terjadi akibat adanya:

1. Gangguan metabolisme (misalnya karena hipoglikemia, hiperglikemia, atau diabetes).
2. Gangguan saraf vagus (misalnya dalam kasus meningitis, faringitis, dan penyakit gondok).
3. Gangguan sistem saraf (misalnya karena cedera berat pada otak, radang jaringan otak atau ensefalitis, tumor, dan stroke).
4. Gangguan pernapasan (misalnya pada penyakit pleuritis, pneumonia, dan asma).
5. Gangguan pencernaan (misalnya karena obstruksi usus, radang usus, dan penyakit refluks gastroesofagus (GERD)).
6. Reaksi psikologi (misalnya stres, gembira, sedih, takut, atau syok).

Selain akibat kondisi-kondisi tersebut, cegukan yang berlangsung lama juga bisa terjadi akibat efek samping penggunaan obat-obatan, misalnya:

1. Obat-obatan kemoterapi (obat yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker).
2. Obat pereda nyeri golongan opioid (misalnya metadon dan morfin).
3. Benzodiazepine (kelompok obat penenang untuk mengatasi serangan cemas).
4. Anastesi (obat yang menimbulkan efek mati rasa atau hilang kesadaran yang biasanya diberikan sebelum menjalani prosedur operasi).
5. Methyldopa (obat yang biasanya diresepkan pada pengobatan hipertensi).
6. Barbiturate (salah satu jenis obat penenang yang kadang-kadang diberikan untuk mengatasi kejang).
7. Kortikosteroid (obat untuk mengatasi pembengkakan dan radang).

Jika cegukan yang berlangsung lama tidak diketahui penyebabnya, meski pemeriksaan telah dilakukan, maka terdapat kemungkinan bahwa dokter akan meresepkan obat untuk menghentikannya. Beberapa jenis obat cegukan yang mungkin tersedia adalah gabapentin, metoclopramide, baclofen, haloperidol, dan chlorpromazine.

Pastikan untuk selalu mematuhi aturan pakai yang disarankan oleh dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan. Jika cegukan kembali terjadi setelah dosis dikurangi atau setelah masa penggunaan obat selesai, temui dokter kembali.

Add a Comment