Tata Ritual Ibadah Manusia kepada Tuhan Berubah Akibat COVID-19

Tata Ritual Ibadah Manusia kepada Tuhan Berubah Akibat COVID-19

PrimaBerita– Selain berdampak pada kesehatan manusia, perubahan tata ritual ibadah manusia kepada Tuhan juga berubah akibat wabah virus corona atau Covid-19 yang telah meluas di beberapa negara dunia.

Perubahan itu dilakukan demi mencegah penyebaran penyakit Covid-19. Dampak perubahan tata ritual ibadah manusia kepada Tuhan itu dilakukan di Gereja, Masjid, Kuil, dan Sinagoge.

Akibat dari perubahan itu mengganggu aktivitas kehidupan beragama umat manusia yang ingin beribadah kepada Tuhan. Berikut ini dijelaskan perubahan ysng terjadi pada tata ritual ibadah manusia kepada Tuhan:

1. Islam

Masjidil Haram di Mekah biasanya dipenuhi oleh ribuan peziarah, tetapi jumlah itu kini berkurang. Masjidil Haram telah dibuka setelah menjalani sterilisasi. Namun, di sekitaran Ka’bah tetap dipasang penghalang agar orang-orang tidak menyentuhnya.

Larangan kunjungi Mekah dan Madinah juga diberlakukan. Pemilik biro perjalanan haji dan umrah di Nigeria, Hadiza Tanimu Danu, mengatakan muncul beragam reaksi atas larangan kunjungan ke Mekah.

Pihak Arab Saudi yang berwewenang mengatakan bahwa larangan kunjungan itu hanya bersifat sementara dan hingga kini belum ada indikasi proses ibadah haji akan terganggu.

Sementara itu, praktik keagamaan yang bisa menyebarkan virus masih terjadi. Bagi beberapa umat Muslim, yang penting adalah memfokuskan diri para perubahan dalam perilaku sehari-hari.

Contohnya, ketika Afrika Selatan menghadapi virus corona, pemuka agama di sana memanfaatkan salat Jumat untuk memberi nasihat kepada jamaah untuk ikut serta melakukan pencegahan.

Mohammed Allie dari BBC Afrika mengatakan bahwa umat di masjidnya disarankan untuk tidak berjabat tangan atau berpelukan seusai ibadah.

Allie mengatakan beberapa orang sudah mulai bersalaman dengan saling menyentuh kaki bukan lagi berjabat tangan. Allie sendiri pernah menggunakan siku tangan untuk bersalaman.

Allie juga mengatakan bahwa, mereka yang ingin melakukan salat disarankan untuk membawa sajadah sendiri.

2. Hindu

Bagi umat Hindu, saat ini adalah waktunya Holi  “festival warna” dirayakan. Perayaan Holi merupakan peringatan kemenangan kebaikan atas kejahatan, serta musim semi, cinta dan kehidupan baru.

Narendra Modi, Perdana Menteri India, mengatakan tidak akan ambil bagian dalam melakukan perayaan publik Holi kali ini. Ia menyarankan kepada masyarakat agar menghindari pertemuan yang ramai dan besar.

Meskipun begitu, masih banyak umat Hindu India turun ke jalan untuk merayakan Holi, walaupun mereka sudah menagambil tindakan pencegahan, seperti mengenakan masker.

Ada sebagi dari warga India tidak mau mengambil resiko, dan memilih tinggal di rumah dan bertukar salam melalui telepon untuk merayakan perayaan Holi.

3. Yahudi

Masih banyak umat Yahudi yang mencium dan menyentuh mezuzah sebelum masuk bangunan atau ruangan. Kemudian, bagaimana cara memberi tahu mereka agar tidak memeluk dan merangkul seorang janda yang sedang berduka di pemakaman?

Rabi Jackie Tabick, dari Sinagoga West Central Liberal London pernah alami situasi seperti itu.

“Saya tahu Anda ingin mengekspresikan cinta dengan memeluk janda yang berduka itu. Namun cara terbaik sekarang ini adalah dengan berbicara dengannya, mengangguk padanya. Jangan memeluk atau merangkulnya, karena itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan saat ini. Saya pikir dia akan mengerti, ” kata Narendra Modi.

Rabi Jackie berencana ingin memberikan layanan dan pelajaran keagamaan secara online dengan metode yang sudah dilakukannya.

Kepala Rabi Israel David Lau telah mengeluarkan imbauan agar tidak menyentuh atau mencium mezuzah. Mezuzah merupakan gulungan berisi ayat-ayat agama yang ditempatkan di tiang pintu rumah. Mezuzah biasanya disentuh atau dicium ketika memasuki bangunan atau ruangan.

Rabi Tabick mengatakan bahwa tidak mencium mezuzah bukan soal besar dalam kehidupan kaum Yahudi, tetapi “beberapa hal seperti itu telah menjadi rutinitas”.

4. Kristen

Ratusan orang yang beribadah di Gereja Kristus di Georgetown, Washington DC, sebuah gereja bersejarah di ibu kota Amerika Serikat, mengimbau untuk mengarantina diri sendiri.

Hal itu disebabkan, seorang pendeta gereja menjadi orang pertama yang terinfeksi virus corona di distrik. Pendeta itu bernama Timothy Cole yang dinyatakan positif pada hari Sabtu, (07/03). Kini dia dan keluarganya telah dikarantina.

Dilaporkan ada sekitar 550 orang yang menghadiri ibadah dimana Timothy memberikan komuni.

Di Vatikan, Paus Fransiskus memilih untuk tidak menyampaikan berkat tradisional Minggu dari teras jendela yang menghadap Lapangan Santo Petrus. Sebagai gantinya, paus menyampaikan berkat Minggu secara langsung melalui media internet.

Ini dilakukan saat jutaan orang di Italia bagian utara tengah menjalani karantina.

Gereja-gereja Katolik dari Ghana hingga Amerika Serikat dan Eropa telah mengubah cara melaksanakan Misa dengan tujuan untuk mencegah virus corona.

Tata cara ibadah dengan duduk berdekatan, diduga dapat menyebabkan virus menyebar lebih cepat di antara jemaat, yang kemudian meluas dan menginfeksi orang lain.

Gereja-gereja di seluruh dunia terus mencari cara terbaik untuk membantu menghentikan penyebaran virus Corona dalam pedoman pemerintah.

 

 

Add a Comment