Korea Utara Merasa Sebagai Alat Politik Donald Trump

Korea Utara Sebagai Alat Politik Trump

PrimaBeritaKorea Utara enggan untuk melanjutkan dialog dengan Amerika Serikat. Bahkan Korea Utara merasa hanya digunakan sebagai alat politik Presiden AS Donald Trump.

Hal tersebut dikatakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui pada Sabtu (4/7), setelah mantan penasihat keamanan nasional AS John Bolton pada Kamis mengatakan Presiden AS Donald Trump kemungkinan akan bertemu lagi dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un Oktober mendatang.

Namun Korea Utara merasa hanya dijadikan sebagai alat politik Donald Trump saja.

Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in juga menyerukan pertemuan lain antara Kim dan Trump, dan menyatakan negaranya akan melakukan upaya untu mewujudkannya. Namun Choe enggan kemungkinan pertemuan itu.

“AS keliru jika berpikir hal-hal seperti negosiasi masih akan berhasil untuk kita,” kata Choe, seperti dikutip AFP.

Menurut Choe, Washington “menganggap dialog Korut-AS tak lebih dari alat untuk mengatasi krisis politik [di AS].”

Choe juga mengatakan bahwa Pyongyang telah menyusun strategi untuk menangani ancaman jangka panjang dari AS.

Sebelumnya, Bolton memang mengatakan bahwa Trump akan bertemu dengan Kim jika memang itu akan membantu peluang ia terpilih kembali dalam pemilu AS.

Dalam beberapa pekan terakhir, Korut berulang kali mengeluarkan ancaman akan melakukan langkah militer terhadap Korsel, hingga meledakkan kantor penghubung antar-Korea.

Korea Utara menunjukkan kemarahannya bermula dari selebaran yang diterbangkan oleh para pembelot Korut yang kini berada di Korsel. Selebaran ini, menurut Korut berisi provokasi dan kebencian terhadap Kim Jong-un, hingga yang terakhir berisi hinaan terhadap istri Kim.

Add a Comment