Ya Ampun!! Tak Bisa Naik Jet Pribadi Padahal Sudah Bayar Mahal

tak bisa naik jet pribadi

PrimaBerita – Adanya larangan penerbangan untuk sementara waktu berimbas juga pada kalangan konglomerat yang tak bisa naik jet pribadi akibat wabah virus corona.

Jet pribadi memang telah sering menjadi andalan para selebritis dan orang kaya untuk menghindari tempat yang banyak terindikasi kasus corona. Mereka tak peduli dengan biaya yang mahal sekalipun.

Jika ditanya mengapa lebih memilih naik jet daripada naik pesawat reguler, itu karena fasilitas yang disuguhnya lebih aman dan kesehatan para staf diperhatikan dengan sangat baik. Tetapi kini sudah tak boleh sembarangan lagi untuk melakukan penerbangan dari sana ke sini, begitu sebaliknya.

Mengutip dari Fox Business, saat ini beberapa perusahaan penyedia jasa jet pribadi terpaksa harus menolak permintaan para pelanggannya (klien) dikarenakan adanya larangan terbang dari pemerintah.

Pendiri JetSetGo, Kanika Tekriwal, mengatakan bahwa aturan telah berubah setiap setengah jam.

“Tidak ada yang tahu apa yang akan berubah, beberapa negara tiba-tiba melarang pilot dari suatu negara. Kemudian beberapa negara tidak memperbolehkan pesawat dari suatu negara,” kata Tekriwal.

Peningkatan pemintaan sangat signifikan, namun ia terpaksa harus membatalkan penerbangan yang diketahui sekitar 90 persen pemesanan di perusahaan miliknya berjumlah 28 pesawat. Perusahaan jet lain pun turut senasib.

lihat juga  Dampaknya Kalau Indonesia Menerapkan Lockdown, Ngeri Juga!

Salah seorang konglomerat asal India, yang juga merupakan pelanggan dari JetSetGo, sudah memesan penerbangan dari London, Inggris ke New Delhi. Akan tetapi, akibat adanya larangan terbang tersebut, berimbas pada mereka yang terdampar di Inggris. Tak bisa naik jet pribadi.

Padahal diketahui ia dan keluarganya sudah membayar dengan sangat mahal untuk naik jet pribadi pulang ke tanah airnya. Larangan tersebut diberlakukan setengah jam sebelum keberangkatan.

Dampak tersebut dikarenakan covid-19 (virus corona) telah menginfeksi kurang lebih 185 ribu orang di seluruh dunia. Dan sudah menewaskan lebih dari 7000 orang.

Add a Comment