Begini Alasan JPMorgan Sebut IHSG Bisa Tembus Level 7.250

Primaberita – Sejak awal tahun, hingga penutupan perdagangan Selasa ini (26/11/2019) atau year to date. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mencatatkan koreksi sebesar 2,72% ke level 6.026,18 Namun JPMorgan memproyeksikan pada akhir tahun 2020, bursa saham utama Indonesia akan bangkit dan bahkan menyentuh level di atas 7.000 yakni di level 7.250.

JPMorgan mengungkapkan ada tiga alasan mengapa kinerja IHSG dapat melesat hingga double digit dari posisinya saat ini.

Berikut tiga alasan JPMorgan sebut IHSG Bisa tembus level 7.250

Faktor Pertama

Koalisi gemuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pemerintahannya yang kedua membuat Jokowi lebih mudah untuk mengeksekusi kebijakan mengingat tak ada resistensi di parlemen.

Untuk diketahui masa jabatan Jokowi kali ini periode 2019-2024 ditopang oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang 74% berasal dari partai koalisi. Selain itu kursi pimpinan DPR, dari ketua umum hingga para wakilnya juga dipenuhi oleh partai-partai pendukung Jokowi, yakni PDI-P, Golkar, Nasdem, dan PKB.

Mempertimbangkan hal tersebut, JPMorgan memproyeksi pasar modal akan positif di tengah lingkungan politik yang lebih damai untuk periode pemerintahan 2019-2024.

Faktor Kedua

Agenda penyederhanaan aturan undang-undang melalui skema Omnibus Law. Yang diharapkan dapat menarik lebih banyak investor asing dan membuat Ibu Pertiwi menjadi pusat manufaktur (manufacturing hub) layaknya China.

Omnibus Law merupakan sebuah praktik penyusunan peraturan perundang-undangan, yang banyak dilakukan di negara- negara yang menganut sistem common law (anglo saxon) seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Filipina, dan lainnya.

Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan di negara yang menganut sistem civil law (continental), seperti Indonesia. Hal ini mengingat, Vietnam yang menganut civil law berhasil menerapkan Omnibus Law di tahun 2016.

Baca juga : Perbandingan Gaji Para Petinggi, Yakni Menteri, Staf Khusus Dan Ahok

Faktor Ketiga

Pelonggaran kebijakan moneter yang ditopang oleh nilai tukar rupiah yang stabil. Tahun ini, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin. Dengan harapan mendongkrak pertumbuhan kredit yang akan menopang laju perekonomian domestik.

JP Morgan meyakini bahwa sentimen positif dari reformasi kebijakan. Akan mendorong kenaikan rating sekaligus meningkatkan arus modal asing dan pertumbuhan ekonomi. Alhasil akan mampu membalikkan tren perlambatan pada tahun 2020.

Selain itu, JPMorgan juga memprediksi pertumbuhan EPS saham-saham di BEI pada 2020 bisa mencapai 12%, dari saat ini di bawah 5% tahun ini. EPS (earning per share) adalah laba per saham emiten yang merupakan hal terpenting dalam analisa kinerja perusahaan.

JPMorgan juga memberikan rekomendasi “overweight” bagi saham saham sektor perbankan, properti, telekomunikasi, infrastruktur, dan konsumer.

Sementara itu sektor yang dihindari yakni batu bara, dan ritel. Overweight berarti saham yang direkomendasi itu diperkirakan akan mengalami kenaikan yang bisa melebihi saham lain yang menjadi patokannya.

Add a Comment