Tak Cocok Dengan Media, Pakar : Daripada Marah Tak Jelas, Lebih Baik Prabowo Tiru SBY!

Primaberita.com – Sudah bukan rahasia jika Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto memang memiliki hubungan tak harmonis dengan media-media di Tanah Air. Bahkan sangkin tak cocoknya, Ketua Umum Partai Gerindra itu sempat marah karena merasa wartawan dan media tidak objektif dalam memberitakan Reuni 212 yang berlangsung di Monas beberapa waktu lalu.

Hal itu disampaikan oleh Prabowo dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional, di Jakarta, Rabu (5/12/2018) kemarin. Kemarahan Prabowo itu dilatari pengakuannya yang kerap merasa disudutkan oleh media. Bahkan Prabowo sendiri kerap menolak wawancara atau menjawab pertanyaan dari awak media.

Menanggapi hal tersebut, para peneliti media massa salah satunya Pengajar Komunikasi dan Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Bintang Samiaji menilai sikap Prabowo tersebut dapat memperkeruh suasana Pemilu 2019 dan menciptakan propaganda antimedia di kalangan masyarakat.

Ia menyarankan agar Prabowo mencontoh SBY dengan membuat media sendiri untuk kepentingan kampanye pencalonannya. Mendirikan media sendiri dinilai dapat mengakomodir suara kampanye sesuai keinginan politiknya. Terlebih lagi hal itu lebih efektif membangun citra ketimbang harus marah-marah pada media lain.

“Daripada Pak Parabowo marah-marah pada media lain, lebih baik beliau meniru SBY membangun media sendiri. Siapa pun boleh bikin media. Timses boleh bikin media publikasi resmi untuk kampanye pencalonan. Hal itu lebih efektif daripada harus menentang atau menyudutkan media lain yang nantinya akan memperkeruh suasana,” ujar Samiaji.

“Hal itu tentu merugikan Pak Prabowo sendiri. Oleh karena nya dengan membuat media sendiri atau membangun media tandingan kedudukan akan menjadi seimbang atau balance dimana hal itu jelas akan menguntungkan Prabowo,” papar Samiaji.

Pada faktanya langkah tersebut berhasil dilakukan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, SBY membuat media sendiri dalam masa kampanye pemilihan presiden untuk periode keduanya (2009-2014), dengan nama Harian Jurnal Nasional atau Jurnas.

 

 

Add a Comment