Kisah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo Yang Menjadi Bapak Pers Nasional

Primaberita.com –  9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden No.5 Tahun 1985 yang menyatakan ” Pers nasional Indonesia mempunyai sejarah perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila”.

Kemajuan pers Indonesia tak lepas dari peran Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (TAS) atau yang dikenal dengan Bapak Pers Nasional. Lahir di Blora Jawa Tengah tahun 1880, beliau adalah putera seorang bangsawan Jawa yaitu Raden Ngabehi Muhammad Chan Tirtodipuro. Pernah mengenyam pendidikan kedokteran di STOVIA Batavia, namun ia memilih menulis di media massa ketimbang menyelesaikan pendidikan kedokterannya.

Karirnya sebagai seorang jurnalis dimulai ketika ia menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1930-1905), dan Medan Prijaji (1907) dan dianggap sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa melayu dan seluruh proses pengerjaannya dikerjakan oleh pribumi asli.

Melalui tulisan-tulisannya ia meyuarakan penderitaan rakyat, bahkan TAS tak segan-segan mengkritik pihak-pihak yang menyusahkan rakyat. Akibatnya ia sempat dibuang selama 2 bulan di Lampung dan mendapat perhatian khusus dari Belanda karena dianggap berbahaya.

Selain mendapat perhatian khusus dari kolonial Belanda TAS juga sangat dibenci Belanda. Karena tulisan-tulisan yang ia muat di surat kabar selalu membuat Belanda menjadi geram. Bahkan ia juga tidak takut mengkritisi pihak kolonial Belanda. Akibatnya ia dibuang dan diasingkan ke pulau Bacan, Halmahera selama 6 bulan. Saat dipengasingan inilah  ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 7 Desember 1918.

TAS adalah seorang yang sangat menginspirasi bagi semua kalangan. Tidak hanya sebagai jurnaslis TAS juga menjadi penulis berita, perumus gagasan. Atas semua jasa-jasanya TAS ditetapkan sebagai Bapak Pers Nasional oleh Dewan Pers RI tahun 1973.

Add a Comment