Nelayan Tradisional Keluhkan Kapal Pukat Trawl Kembali Beroperasi di Sibolga

Primaberita.com | Sibolga – Pukat Trawl kembali kambuh di perairan Sibolga pasalnya Para nelayan terlihat enggan berlaut karena hasil tangkapan mereka makin hari, makin berkurang dan tidak lagi sesuai dengan biaya yang dikeluarkan para nelayan sebelum pergi melaut.

Demikian yang dikatakan Nelayan Tradisional Khairuddin Tanjung warga di Jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Kota Sibolga, Sumatera Utara, kembali mengeluhkan pukat trawl atau pukat ikan (PI) yang kembali beroperasi di wilayah zona tangkap nelayan kecil, Senin (20/1/2020)

Menurut Khairuddin, dengan masuknya kapal mengunakan pukat trawl telah melibas para nelayan tradisional yang biasanya melaut di zona nelayan kecil yakni berada di Pulau Situngkus, Mursala, Kalimantung, Pulau Ilik, Batu Dinding, dan Pulau Sitolu-tolu

Khairuddin mengaku, jaring miliknya telah tersapu oleh pukat trawl yang beroperasi beberapa waktu lalu di wilayah tangkap nelayan kecil. “Ini jaring yang kena seret ada enam unit, ini saya lagi kerjakan (diperbaiki) yang dihantam kapal PI, itu kejadiannya tiga hari yang lalu, yang dihantam itu ada dua boat, boat Sorkam dan Sibolga, kita kejar juga PI-nya dan dapat, sekarang masih dalam proses bagaimana cara penggantiannya,” katanya.

Khairuddin juga menjelaskan bahwa pukat trawl dan nelayan kecil sangat dekat, sehingga dimana ada nelayan kecil, di situ ada pukat trawl.”Jadi begini, di mana ada nelayan kecil ramai dia pasti narik di situ, karena disitulah dia tau itu ada banyak ikan,” ucapnya.

Dia menyebut, pukat trawl yang beroperasi di zona tangkap nelayan kecil berasal dari Kota Sibolga. Pukat trawl bagaimana lah kita bilang, di Ancol pun banyak, tangkahan Sebutir Padi itu banyak di situ, di seberang juga ada (Pondok Batu) memang asalnya Sibolga semua,” bebernya.

Sementara nelayan lain, Zainal Efendi Tanjung, juga mengeluhkan sebanyak 66 unit rabo (rumpon ikan) milik nelayan di sekitaran Pulau Ilik dan Pulau Mursala habis tersapu pukat trawl.

“Rabonya cuma tinggal satu tiang aja, sementara modal bikin rabo minimal Rp 300 ribu satu tiang, itu ada 66 tiang yang hilang habis disapu PI,” ucap Zainal.

Sementara rabo tersebut berfungsi sebagai tempat ikan berkumpul yang khusus dijatuhkan nelayan untuk memancing dan menjaring ikan.

“PI itu sekali berjalan bukan dikit, mau sepuluh sekali berjalan, apa tak habis rabo dibikinnya, termasuk terumbu karangnya,” katanya.

Pihaknya berharap agar penegak hukum dapat menindak pukat trawl yang masih beroperasi di wilayah zona tangkap nelayan kecil.

“Jadi harapan kami PI jauhilah zona nelayan kecil, sebab nelayan kecil ini sangat susah, itulah sebab kalau kena rumpon itu menggantinya sangat susah,” bebernya.

Di tempat terpisah, Koordinator Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Lampulo Sibolga, Parluhutan Siregar mengatakan, telah menerima pengaduan masyarakat tentang beroperasinya pukat trawl dan pihaknya hingga kini masih berpatroli di wilayah pantai barat.

“Sudah, makanya dari Desember kemarin, karena dari pengaduan masyarakat makanya kapal patroli kita yang beroperasi di situ, untuk kapal patroli pantai barat itu satu dan sampai sekarang masih beroperasi,” ucapnya.(tg/ms8)

Add a Comment