Puasa Pertama, Ini Aturan Puasa dan Makna Rabu Abu

PrimaBerita – Pada hari ini, Rabu (16/2) adalah Rabu Abu bagi umat Katolik di dunia. Rabu Abu merupakan hari pertama masa Pra-Paskah dalam liturgi tahun Gereja. Selain ditandai dengan penerimaan abu pada dahi sebagai tanda pertobatan. Juga merupakan hari pertama puasa dan pantang, ada aturan puasa dan makna dalam Rabu Abu.
Dalam tulisannya pada laman Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia (Komkat KWI), Fransiskus Emanuel da Santo, sekretaris Komkat KWI berkata masa pertobatan ini akan terisi dengan puasa, pantang, matiraga, doa dan amal kasih. Ini akan berlangsung selama 40 hari jelang Paskah.
“Melalui puasa, pantang dan matiraga, kita belajar melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan kecenderungan-kecenderungan atas keinginan manusiawi kita yang tidak teratur dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, lalu menyesuaikan diri dan hidup kita dengan kehendak Tuhan sehingga dapat bersatu dengan Tuhan dan sesama,” tulis Fransiskus dalam laman Komkat KWI.
Harapannya, puasa, pantang dan matiraga ini akan membawa dampak baik spiritual, fisik, maupun sosial.
– dampak spiritual, umat semakin dekat dengan Tuhan. Paguyuban atau persekutuan hidup dalam komunitas makin berkembang dan terbuka sebagai paguyuban iman harap dan kasih. Umat pun d!harapkan makin kuat secara rohani.
– dampak sosial, berpuasa diharapkan membangkitkan kesadaran sosial, kepedulian, keprihatinan dalam kehidupan bersama. Ada kekekuatan dan keteguhan untuk bersatu sehingga bisa memecahkan persoalan bersama.
– dampak fisik, pengalaman ‘rasa lapar’ ini turut membuat umat ambil bagian dalam penderitaan orang lain. Dampak fisik yang dirasakan berarti umat turut merasa lemah sehingga meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan keprihatinan sosial.
Dalam Yoel 2:12, adanya ajakan untuk bertobat dan berpuasa.
“Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”
Fransiskus menyebut, dari bunyi kitab ini tampak bahwa ada tuntutan tegas untuk bertobat. Namun keinginan ini musti terwujudkan secara konkret dan niat tulus.
Index
Aturan Puasa dan Makna Rabu Abu
Aturan Pantang dan Puasa PraPaskah 2021
Sementara itu, Keuskupan Agung Jakarta merilis surat yang untuk paroki-paroki terkait aturan puasa dan pantang. Tahun ini, masa Prapaskah atau puasa dan pantang akan bermula pada Rabu Abu (17/2) hingga Sabtu (3/4). Aturannya sebagai berikut:
Dalam Masa Prapaskah wajib :
- Berpantang dan berpuasa pada Rabu Abu, 17 Februari dan Jumat Suci, 2 April 2021. Pada hari Jumat lain-lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
- Berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh. Yang dewasa adalah orang yang genap berumur delapan belas tahun.
- Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
- Yang wajib untuk berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas.
- Maksud pantang : tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.
- Mewujudkan pertobatan ekologis.
Makna Rabu Abu, Dari Debu akan Kembali Jadi Debu
Merujuk pada kitab suci, abu menjadi tanda pertobatan pada Kota Niniwe. Kitab Kejadian (Kej.2:7) berbunyi, “Ketika itu-lah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan mengembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikian-lah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”
Maknanya bahwa abu menjadi pengingat umat Katolik bahwa sejatinya manusia berasal dari debu tanah, dan suatu ketika akan tiada lalu kembali menjadi debu.
Mengutip dari situs resmi Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (Komkat KWI), abu juga menjadi tanda kerapuhan manusia yang mudah jatuh dalam kelemahan dosa sekaligus tanda pertobatan.
Dalam peringatan Rabu Abu, abu yangdigunakan berasal dari pembakaran daun palma pada hari Minggu Palma tahun lalu. Dalam perayaan ini, daun palma umat gunakan untuk menyambut Yesus yang masuk Kota Yerusalem.
Daun palma diberkati kemudian disimpan hingga mengering dan dibakar jelang Rabu Abu tahun berikutnya.
Pastor atau prodiakon akan menggoreskan abu sembari berucap ‘Bertobat-lah dan percaya-lah pada Injil’ atau ‘Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu’.
Akan tetapi, pada peringatan tahun ini, tradisi Rabu Abu sedikit berbeda. Vatikan merilis panduan Rabu Abu 2021 yang menyebut bahwa para imam agar membersihkan tangan, mengenakan masker, dan membagikan abu pada mereka yang datang menghampiri. Atau, imam juga bisa mendatangi umat yang berdiri pada tempat mereka masing-masing.