Ini 5 Gangguan Otak Paling Aneh dan Tidak Masuk Akal

PrimaBerita – Gangguan otak yang paling aneh dalam sejarah yang pernah ada. Otak sendiri merupakan organ yang memiliki peran penting bagi tubuh. Organ ini juga sangat rumit.

Otak memiliki peran sebagai pusat pengendali tubuh dan menyusun sistem saraf pusat bersama dengan sumsum tulang belakang.

Sistem saraf pusat tersebut kemudian berkoordinasi dengan sistem saraf tepi yang membuat manusia mampu mengendalikan berbagai aktivitas, misalnya, berbicara, berpikir, bernapas, dan bergerak. Jika otak terganggu maka akan sangat mempengaruhi perilaku suatu individu. Bahkan gangguan otak ini bisa menyebabkan seseorang bertingkah laku aneh dan tidak masuk akal.

Berikut 5 Gangguan Otak Paling Aneh dan Tidak Masuk Akal

1. Sindrom Cotard

Sindrom ini menjadikan seseorang memiliki kelainan yang membuat ia berpikir bahwa dirinya sudah meninggal dunia. Menurut penelitian yang telah terbit dalam Journal of Neurosciences in Rural Practice, terdapat kasus,  seorang laki-laki berusia 65 tahun tanpa riwayat keluarga yang menderita penyakit mental, tiba-tiba mulai memiliki suasana hati yang sedih, tidak bisa merasakan kesenangan, serta tidur dan makan lebih sedikit daripada biasanya.

Kemudian ia mulai mengalami delusi bahwa organnya telah berhenti bekerja. Ia juga pernah melakukan percobaan bunuh diri, dan setelahnya percaya bahwa dirinya sudah meninggal.

Kondisi yang ia alami tersebut adalah sindrom Cotard. Secara berlawanan, pada separuh kasus, pasien yang mengalami kondisi ini berpikir bahwa mereka abadi. Perawatan untuk kondisi tersebut dapat mencakup obat antidepresan atau antipsikotik, atau terapi elektrokonvulsif.

2. Mirror-touch synesthesia

Kelainan ini membuat seseorang merasakan apa yang orang lain rasakan. Melansir dari laman Science Alert, seorang perempuan bernama Amanda menderita kondisi langka yaitu mirror-touch synesthesia yang membuatnya mampu secara fisik merasakan apa yang orang lain sekitarnya rasakan.

Misalnya, ketika ia melihat orang sedang memeluk seseorang, ia merasa seperti seseorang tersebut. Ketika ia melihat seseorang terluka, ia merasakan sakit pasa tempat yang sama seperti yang orang lain alami. Bahkan, saat melihat orang makan, ia merasa seperti orang lain memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

3. Hemispatial neglect

Kondisi ini membuat seseorang tidak bisa melihat separuh dunianya. Menurut laman Business Insider, setelah stroke, beberapa orang mungkin akan mengabaikan separuh dunia mereka. Misalnya, tidak menghabiskan makanannya, walaupun masih lapar. Atau mungkin menggambar permukaan jam yang hanya menampilkan angka 12 sampai 6.

Kondisi ini terjadi ketika kerusakan salah satu belahan otak menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran akan satu sisi ruang di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak dapat lagi melihat atau memproses informasi yang diterima dari sisi tubuh atau lingkungan itu.

4. Aphantasia

Kondisi ini membuat individu tidak dapat membayangkan sesuatu dalam pikirannya Menurut penelitian dalam jurnal Neuropsychologia, seorang laki-laki berusia 65 tahun dengan inisial MX tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk membayangkan gambar-gambar dalam pikirannya setelah menjalani operasi angioplasti koroner.

Ia melaporkan tidak dapat memvisualisasikan gambar apa pun, meskipun faktanya ia tampil normal pada tes standar persepsi, citra visual dan memori visual.

Setelah adanya laporan ini, lebih dari 20 orang lain kemudian ikut melaporkan bahwa mereka memiliki kondisi yang sama dengan yang MX alami. Kondisi neurologis ini belum ada yang mengakui, tetapi para ilmuwan menjuluki fenomena ini dengan ‘aphantasia’, yang memiliki arti imajinasi dalam bahasa Yunani.

5. Foreign accent syndrome

Kondisi yang membuat individu tiba-tiba berbicara dengan aksen asing setelah mengalami stroke. Penelitian dalam Journal of the Royal Society of Medicine melaporkan seorang perempuan Irlandia berusia 39 tahun menderita stroke dan kehilangan kemampuan bicaranya.

Tetapi ketika pulih, perempuan ini mulai berbicara dengan aksen Prancis. Padahal, ia tidak pernah tinggal di luar Irlandia, dan terbiasa menggunakan bahasa Inggris.

Kondisi ini merupakan gangguan bicara langka yang biasanya penyebabnya adalah stroke. Tapi kadang kondisi ini penyebabnya karena trauma atau penyakit mental, atau bahkan berkembang secara spontan. Menurut studi dalam jurnal Cortex, sudah ada 62 kasus yang terlapor dari gangguan ini antara tahun 1941 dan 2009.

Add a Comment