Gubernur Sumut Himbau Agar Warga Tak Konsumsi Tuak

Gubernur Sumut Himbau Agar Warga Tak Konsumsi Tuak

PrimaBerita – Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengaku mendukung RUU larangan minuman beralkohol dan himbau agar warga sebaiknya tak lagi konsumsi tuak. Menurut wikipedia, minuman tuak merupakan minuman beralkohol nusantara hasil fermentasi nira, beras, maupun bahan lainnya seperti minuman/buah yang mengandung gula.

Sebelumnya RUU Larangan Minuman Beralkohol kembali masuk ke dalam daftar Prolegnas Prioritas 2020 oleh DPR RI. Maka terkait hal ini gubernur Sumatera Utara pun ikut mendukung RUU tersebut agar menjadi sebuah UU. Sebab Edy menilai bahwa segala bentuk jenis minuman beralkohol dapat menimbulkan efek negatif bagi pengonsumsinya.

Edy Rahmayadi selaku gubernur Sumut menyinggung soal minuman khas Batak Toba yakni tuak dan himbau agar warga tak konsumsi tuak. Menyadur dari Tribun, seorang pemilik pohon aren sekaligus penjual tuak mengatakan bahwa sejatinya tuak hanyalah minuman khas suku Batak Toba, bukan untuk memabukkan.

“Terus terang tidak setuju karena tuak sudah menjadi budaya Batak Toba dan itu ciri khas minuman orang Batakdi Toba. Tuak itu bukan untuk menimbulkan mabuk,” kata seorang pemilik pohon aren sekaligus penjual tuak.

Ia juga menambahkan bahwa tuak bisa berfungsi sebagai obat para petani yang sudah seharian bekerja di ladang/sawah.

“Bahkan tuak digunakan sebagai obat melepaskan seluruh sakit badan setelah seharian bekerja di ladang. Tuak juga sebagai penghantar tidur setelah capek dari ladang atau sawah,” katanya seraya melanjutkan.

Sementara itu hubungan antara kemabukan dengan minuman yang berasal dari nira, ia menuturkan kalau sebenarnya tindakan mabuk adalah keputusan dari si pengonsumsinya masing-masing. Sehingga ia pun secara tegas menolak harapan sang gubernur tentang tuak. Pasalnya ia sendiri mengaku khawatir lantaran mata pencahariannya bisa berpengaruh apabila itu terjadi.

“Iya. Kan banyak orang di kabupaten Toba ini yang menjual tuak. Sama seperti saya yang mata pencahariannya dari tuak. Pasti berpengaruh terhadap ekonomi,” katanya.

Lebih lanjut ia juga menuturkan bahwa soal mabuk itu akibat orangnya yang mengonsumsi secara berlebihan. Jadi bukan minuman tuaknya yang salah.

Add a Comment