Napas Terasa Berat? Wasapadai, Ini 10 Penyebabnya

Napas Terasa Berat

PrimaBerita – Saat anda tidak sedang beeraktivitas fisik, napas anda terasa berat. Hal itu bisa menjadi pertanda bahwa tubuh anda harus bekerja ekstra keras untuk mencukupi kebutuhan oksigen.

Bereikut ini 10 Penyebab napas terasa berat yang harus anda waspadai :

1. Demam

Saat demam menyerang, suhu tubuh meningkat dan tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen untuk menurunkan suhu badan yang panas. Untuk itu, dokter selalu menyarankan penderita demam untuk beristirahat hingga pulih, sebelum kembali beraktivitas.

2. Infeksi

Terdapat beberapa jenis infeksi, seperti infeksi sinus, pilek, flu, bronkitis, dan pneumonia. Sebagian dari jenis infeksi ini, seperti pilek misalnya, dianggap bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Namun infeksi yang lebih serius, seperti bronkitis dan pneumonia, harus segera ditangani oleh dokter untuk mencegah komplikasi berbahaya.

3. Reaksi alergi

Reaksi alergi yang paling umum meliputi ruam kulit, mual, diare, bersin-bersin, sampai hidung mampet. Namun tahukah Anda kalau ada reaksi alergi anafilaksis yang sangat berbahaya?Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang harus diwaspadai karena dapat mengancam nyawa. Reaksi alergi ini menyebabkan tenggorokan dan mulut membengkak sehingga membuat napas berat.

4. Asma

Asma adalah kondisi medis kronis yang menyebabkan saluran udara pada paru-paru meradang dan mengalami pembengkakan. Selain membuat napas terasa berat, asma dapat menyebabkan gejala ini:

  • Mengi
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Perasaan sesak pada dada.

5. Dehidrasi

Saat dehidrasi menyerang, bernapas pun bisa lebih berat. Dehidrasi tidak hanya disebabkan oleh kurang minum air, tapi juga bisa diakibatkan paparan cuaca panas dalam waktu yang lama atau meminum terlalu banyak kopi serta alkohol.

6. Gangguan cemas

Penyakit mental seperti gangguan cemas juga bisa menyebabkan napas menjadi berat. Selain sulit bernapas, gangguan cemas dapat menyebabkan:

  • Detak jantung cepat
  • Kepanikan
  • Pusing
  • Pingsan, terutama saat gangguan cemas menyebabkan hiperventilasi (terlalu cepat bernapas).

Penderita gangguan cemas sebaiknya mencari tempat yang sepi, dan bernapas dalam-dalam. Jika pernapasan tak kembali normal setelahnya, segeralah minta bantuan medis ke rumah sakit.

7. Obesitas

Memiliki berat badan berlebih akan menyebabkan tekanan pada paru-paru sehingga organ vital ini harus bekerja lebih keras. Hasilnya, napas akan terasa lebih berat dari biasanya. Obesitas juga dapat menyebabkan munculnya penyakit yang berbahaya, seperti:

  • Masalah jantung
  • Diabetes
  • Sleep apnea.

8. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah kelompok penyakit paru-paru, seperti bronkitis kronis, asma, dan emfisema (rusaknya kantung udara paru-paru), yang bisa membuat napas terasa berat. Selain sulit bernapas, PPOK dapat menyebabkan mengi, batuk kronis, kelelahan, hingga produksi lendir meningkat.

9. Gagal jantung

Gagal jantung terjadi saat jantung tak bisa memompa darah ke seluruh bagian tubuh secara efektif. Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan dalam pembuluh darah dan bocornya cairan ke paru-paru. Saat hal ini terjadi, napas akan terasa lebih berat.Berikut ini adalah gejala lain dari gagal jantung yang penting untuk diperhatikan:

  • Nyeri dada
  • Palpitasi jantung (detak jantung cepat)
  • Batuk
  • Pusing
  • Pembengkakan pada kaki
  • Berat badan naik dengan cepat.

Gagal jantung adalah penyakit yang mematikan. Biasanya dokter akan mengobatinya dengan prosedur operasi, menanamkan mesin pembantu jantung, dan obat-obatan.

10. Kanker paru-paru

Napas terasa berat dapat menjadi gejala kanker paru-paru, terutama saat sudah mencapai stadium akhir. Selain sulit bernapas, kanker paru-paru dapat menyebabkan batuk, nyeri dada, mengeluarkan darah saat batuk, meningkatnya produksi dahak, hingga suara serak.Apakah kanker paru-paru dapat diobati? Semua itu tergantung dari stadium, seberapa besar tumor, dan penyebaran sel kankernya. Dokter akan merekomendasikan kemoterapi, operasi, hingga terapi radiasi.

Add a Comment