Efektifkah Jika Pemerintah Mencetak Uang Ditengah Pandemi Corona?

PrimaBerita – Pekan lalu Badan Anggaran DPR RI diketahui mengajukan usulan kepada pemerintah dan Bank Indonesia agar mencetak uang hingga Rp 600 T ditengah pandemi corona sekarang ini.
Terkait itu, upaya pengajuan pun digadang-gadang demi menyelamatkan ekonomi Indonesia akibat dampak dari wabah virus corona.
Lainnya: Jokowi: Kita Harus Berdamai dengan COVID-19
Padahal ketika kemunculan awal wabah, sejumlah tindakan pencegahan sudah diberlangsungkan. Bentuk-bentuk bantuan sosial dari pemerintah pun sudah turun ke masyarakat untuk menopang kebutuhan hidup.
Namun menurut direktur INDEF, Enny Hartati mengutarakan bahwa akan ada dampak yang terjadi jika pemerintah bersama BI melakukan langkah ini.
Mengutip dari Kompas.com (08/05/2020), dampaknya bisa menekan jumlah peredaran uang.
“Bisa menekan jumlah uang yang beredar, menurunkan nilai uang yang akan mendorong inflasi, dan juga nilai aset akan menjadi turun,” tutur Enny Hartati pada kamis semalam, 07 mei 2020.
Bagi Enny sesuatu yang perlu dipahami masyarakat dari langkah cetak uang yaitu kelonggaran likuiditas. Misalnya ketika negara mengambil langkah untuk mencetak uang baru, maka Bank Indonesia akan menurunkan bunganya. Sebab uang telah bertambah.
Ditambahkannya pula bahwa hal ini juga bisa memperkecil niat rakyat untuk menabung ke bank lantaran bunga yang ditawarkan sudah kecil.
Sehingga jumlah uang yang beredar menjadi lebih banyak bila pemerintah mencetak uang seperti ditengah pandemi virus corona saat ini.
“Artinya yang terjadi jumlah output dengan jumlah uang yang beredar itu tidak sama, lebih banyak uang yang beredar, maka nilai uang akan turun,” jelas Enny.
Tak hanya itu saja, menurut Enny kalaupun pemerintah mencetak uang dengan total yang sangat banyak, masyarakat cenderung tidak mencari rupiah. Justru orang-orang akan menukarkan rupiahnya.
Pasalnya saat terjadi krisis, khalayak lebih memilih mencari dolar AS ketimbang menyimpan rupiah.
Kendati demikian, Enny menganggap persoalan ekonomi yang dialami negara saat ini bukan bersumber dari krisis moneter. Melainkan kelambanan sektor riil dan lain sebagainya.