Penyebab Meningkatnya Kasus yang Meninggal Akibat Covid-19
PrimaBerita – Menurut Ikatan Dokter Indonesia, setidaknya ada tiga penyebab meningkatnya kasus meninggal akibat covid-19 (corona virus disease 2019).
Slamet Budiarto selaku wakil ketua umum II pengurus besar IDI, mengungkapkan bahwa angka kematian akibat kasus covid-19 di Indonesia juga terbilang tinggi.
“Di Indonesia sekitar 8-9% (rasio meninggal akibat covid-19). Itu sangat tinggi. Saya sudah menginventarisasikan penyebabnya,” ucap Slamet melalui Tempo, 6/4/2020.
Total pasien yang terinfeksi virus corona (covid-19) sudah mencapai 2.491 kasus. Sebanyak 200 orang lebih dinyatakan meninggal dunia.
Sehingga setidaknya ada 3 faktor yang mempengaruhi angka kematian bergerak tajam akibat covid-19. Menurut Slamet Budiarto penyebab peningkatan tersebut diantaranya sebagai berikut.
baca juga : Vietnam Nol Kasus Corona, Apa yang Mereka Lakukan?
Index
1. Keterlambatan hasil pemeriksaan uji swab pasien terduga corona
Slamet Budiarto memaparkan hingga kini hasil uji swab hanya bisa didapatkan dalam waktu seminggu untuk paling cepatnya. Sehingga jika begini maka pasien dalam pengawasan tak mendapat perawatan standar.
Hal inilah yang menyebabkan pasien meninggal sebelum keluarnya hasil swab. Pihaknya juga menambahkan telah membuat instruksi terkait semua PDP harus ditangani dengan protap corona virus disease 2019.
2. Keterlambatan menangani pasien akibat sistem rujukan yang tidak optimal
Faktor penyebab lainnya adalah terlambatnya menangani pasien corona akibat sistem rujukan yang berantakan/kurang terarah. Banyak pasien covid-19 yang ditolak karena jumlah pasien sudah melebihi kapasitas rumkit rujukan.
Ikatan Dokter Indonesia telah meminta Kemenkes supaya menunjuk seluruh RS swasta yang mampu menangani pasien virus corona. Nanti pembiayaan akan ditanggung oleh pemerintah.
3. Alat ventilator yang minim
Ventilator yang minim padahal pasien positif telah membludak. Inilah yang menyebabkan Slamet Budiarto memaparkan faktor penyebab meningkatkan kasus akibat virus yang berasal dari China tersebut.
Dirinya juga menambahkan bahwa soal pengadaan alat bantu pernafasan (ventilator) dari dalam negeri masih butuh waktu yang cukup lama padahal keadaan telah darurat.
Lebih bagus Indonesia mengimpor saja dulu alat bantu pernafasan dari China. Karena China mempunyai ventilator portable seharga Rp 20.000.000,-