Kasus Perceraian Naik di Tiongkok Saat Lockdown Akan Berakhir

Kasus Perceraian Naik di Tiongkok

PrimaBerita – Belakangan santer kabar bahwa kasus perceraian di Tiongkok naik setelah sekitar 2 bulan lebih menerapkan lockdown demi berjuang melawan virus corona. Walau pada mulanya, asal virus corona dari Wuhan, kenyataannya telah menyebar luas hingga keseluruh dunia.

Padahal jika dipikir-pikir, keberadaan aturan lockdown bisa membuat setiap keluarga semakin harmonis. Karena bisa saling bercerita bersama, saling mendengar keluh kesah satu sama lain, baik antara suami dan istri serta anak dengan orang tua. Namun kini malah lonjakan angka perceraian yang diduga akibat KDRT malah meningkat di negeri asal virus corona tersebut.

baca juga: Peralatan Medis China untuk Tangani Corona Ditolak Beberapa Negara

Salah seorang wanita dari provinsi Guangdong Selatan Tiongkok mengungkapkan pengalaman yang dialaminya. Wanita tersebut bernama Wu dan sengaja tidak memberikan nama lengkap guna melindungi privasinya.

Wu yang kini berusia 30 tahun menyatakan sudah 2 bulan ia menghabiskan waktu bersama dengan suaminya yang bekerja di rumah. Keduanya selalu bertengkar satu sama lain. Wu bahkan mencatat seluruh kekesalannya, seperti pekerjaan rumah yang tidak dibagi rata hingga uang yang amat sedikit.

Satu hal lain yang menambah kegeraman Wu adalah suaminya kerap mengajak anak bermain pada malam hari. Padahal malam adalah waktu terbaik untuk istirahat.

“Dia pembuat onar di rumah,” kesal Wu.

“Aku tidak ingin bertahan lagi. Kami sepakat untuk bercerai, dan langkah berikutnya adalah mencari pengacara,” katanya.

Kembali lagi kepada kasus perceraian naik. Kota Xian dan Dazhou adalah kota yang melaporkan adanya kasus perceraian yang tinggi awal maret 2020. Bahkan anggota staf kantor di Hunan hampir tidak punya waktu untuk minum air karena begitu banyaknya pasangan yang berbaris untuk bercerai.

Setiap tahun, Tiongkok memang selalu menerbitkan data-data angka perceraian. Dikutip dari Bloomberg, jumlah perceraian tiba-tiba melonjak tajam pada bulan maret. Yang mana pandemi virus corona (covid-19) mulai menurun. Tren ini bisa saja menjadi sebuah alarm bagi negara yang hendak melakukan karantina wilayah (lockdown).

Add a Comment