Gara-Gara Lama Dikarantina, Perceraian Di China Meningkat

Gara-Gara Lama Dikarantina, Perceraian Di China Meningkat

PrimaBerita– Masyarakat di China sudah lama melakukan karantina di rumah untuk mencegah penularan virus corona. Dampaknya, perceraian di china malah meningkat. 

Di tengah wabah virus corona (COVID-19) beberapa negara telah mengambil langkah penguncian (lock down) untuk membendung penyebaran penyakit.

Meski ada pihak-pihak yang menyambut baik langkah tersebut, keputusan memberlakukan lock down juga membawa berbagai dampak negatif. Salah satunya adalah angka perceraian yang terjadi di China meningkat.  Sebut saja, Kota Xi’an di Ibu Kota Provinsi Shaanxi di barat laut China memiliki jumlah permohonan perceraian yang sangat tinggi.

Manajer Kantor Urusan Catatan Pernikahan di Kota Dazhou, Lu Shijin, menyebutkan angka perceraian melonjak tinggi, jika dibandingkan sebelum adanya Covid-19. Sejak 24 Februari 2020 lalu, sebanyak 300 pasangan telah dijadwalkan untuk bercerai.

Ada dua alasan mengapa angka permohonan cerai pasangan itu sangat meningkat: pertama, kantor telah ditutup selama sebulan, sehingga mereka mungkin akan terkena gelombang permintaan yang tertunda sekarang setelah mereka dibuka kembali.

Namun, yang kedua adalah masa karantina yang panjang, membuat banyak pasangan berada dalam lingkungan yang mudah menyebabkan untuk bertengkar.

“Sebagai akibat dari pandemi, banyak pasangan telah terikat satu sama lain di rumah selama lebih dari sebulan, yang membangkitkan konflik yang sebelumnya terpendam.”

Petugas Han dari Distrik Yanta mengatakan bahwa karantina menyebabkan beberapa pasangan mengambil keputusan impulsif dan mereka menyesalinya hanya beberapa jam kemudian. Beberapa pasangan bahkan memutuskan untuk menikah lagi ketika surat cerai mereka dicetak.

Add a Comment