Catat! Menteri Ini Bakal Ditukar Di Kabinet Kerja Jilid 2

PrimaBerita – Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kesekian kalinya melontarkan kekecewaannya di hadapan para menteri Kabinet Kerja atas data-data ekonomi terkini.

Kekecewaan Jokowi

Jokowi mengetahui, ketidakberesan tersebut merupakan tanggung jawab para Menteri di Kabinet Kerja. Salah satunya neraca perdagangan yang hancur lebur. Defisit!

Dengan nada pelan namun penuh penekanan, Kepala Negara meminta para Menteri memperhatikan betul data-data yang menyebabkan neraca perdagangan masih terus mengalami defisit.

“Hati-hati terhadap ini. Neraca perdagangan kita Januari – Mei ada defisit US$ 2,14 miliar. Coba dicermati angka ini dari mana, kenapa impor jadi sangat tinggi? Kalau didetailkan lagi, migasnya ini naiknya gede sekali,” tegas Jokowi.

Kekhawatiran Jokowi terbilang wajar, mengingat defisit migas kerap kali menjadi biang kerok defisit neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Pada Januari – Mei 2019, defisit migas mencapai US$ 3,75 miliar.

Kasus Migas

Kali ini sasaran ditujukan langsung ke Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

“Hati-hati di migas pak menteri ESDM yang berkaitan dengan ini. Bu menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena yang paling banyak ada di situ,” kata Jokowi.

Impor yang masih cukup tinggi, pun tak diimbangi dengan kinerja ekspor. Jokowi mengaku heran, lantaran kinerja ekspor domestik yang sampai saat ini belum menggeliat.

Kasus Garuda

Yang cukup fatal terakhir bagi Rini Soemarno adalah kasus Garuda Indonesia. Ekonom INDEF Bhima Yudhistira memandang Rini Soemarno memang masuk list teratas yang terancam didepak Jokowi.

“Menteri BUMN juga kocar kacir melihat Direksi beberapa BUMN tersandung kasus korupsi misalnya Dirut PLN Sofyan Basir dan terbaru adalah laporan keuangan Garuda Indonesia yang sudah terbukti bermasalah,” paparnya.

Selain Garuda, Rini juga menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap keuangan Pertamina.

Praktik serupa terlihat di Pertamina yang mencatatkan piutang pemerintah sebagai pendapatan, sehingga meraih laba bersih US$2,6 miliar (Rp 37,2 triliun) pada 2018. Pemicunya tak lain adalah pos pendapatan lainnya senilai US$3,9 miliar, yang muncul berkat kompensasi pemerintah atas selisih harga jual BBM Premium dalam program BBM Satu Harga.

Add a Comment